Piala Eropa 2012 yang dihelat di Polandia dan Ukraina telah berakhir, meninggalkan banyak momen dan cerita buat dikisahkan dan dikenang.
Dilansir dari berbagai sumber, inilah 10 momen menarik sepanjang pagelaran Piala Eropa 2012, yang mungkin takkan terlupakan:
Laga pembuka: Polandia versus Yunani
Setelah kedua tim adu jual beli serangan, sebuah peluang emas di dapat Dimitris Salpingidis. Pemain Yunani tersebut telah berhadapan satu lawan satu dengan Wojciech Szczesny. Tetapi dengan sigap kiper Arsenal tersebut memotong laju Salpingidis yang hendak melewatinya. Sayang, usaha Szczesny justru mengenai kaki Salpingidis.
Wasit Carlos Velasco Carballo kemudian tanpa ampun langsung mengganjarnya dengan kartu merah dan memberikan penalti untuk Yunani. Szczesny lalu keluar, kiper pengganti, Przemyslaw Tyton masuk. Dan apa yang terjadi kemudian? Tyton berhasil memblok tendangan penalti kapten Yunani, Giorgios Karagounis. Sejak itu Szczesny barangkali mulai mengerti arti sebuah ironi.
Shevchenko, Pesona Veteran
Usianya telah 35 tahun. Sebagian pengamat bola menilainya sudah layak pensiun. Tetapi Andriy Mykolayovych Shevchenko sepertinya paham bahwa usia hanya soal angka.
Dua golnya ke gawang Swedia dalam laga perdana grup D Piala Eropa 2012 seakan menjadi bukti bahwa ia masih mengerti cara mempermalukan kiper lawan. Dan Andreas Isaksson menjadi korban gol terakhir Sheva di turnamen internasional.
Petir di Donbass Arena
Bagaimana rasanya jika ada petir menggelegar ketika bermain sepakbola? Tanyakan kepada pemain Prancis dan Ukraina. Dalam laga pamungkas grup D Piala Eropa 2012 tersebut sebuah petir menggeledek di menit 55.
Saat itu cuaca memang tengah tak bersahabat di Donbass Arena, Donetsk. Tetapi pertandingan mesti tetap dilaksanakan sampai akhirnya sebuah petir tergaris di langit membuat kedua tim mesti lari tunggang langgang. Pertandingan dihentikan hampir selama satu jam, kemudian dilanjutkan lagi.
Provokasi Suporter Rusia
Kemunculan Spanduk raksasa "This Is Russia" di National Stadium saat pertandingan antara Rusia melawan Polandia, menjadi salah satu bukti cacat penyelenggaraan Piala Eropa 2012.
Spanduk ini sengaja dibentangkan oleh para suporter Sbornaya sebagai sebuah bentuk propaganda politik terhadapa suporter Polandia, dim ana pada saat Perang Dingin, Rusia pernah menginvasi Polandia. Pasca pertandingan, kedua suporter bertarung diluar stadion. Hasilnya: 24 orang luka-luka dan 184 orang ditangkap.
Belanda 'Singa Ompong'
Seperti biasa, Belanda datang ke Piala Eropa sebagai salah satu unggulan. Dengan deretan pemain berkualitas yang merata di tiap lini yang tak berbeda seperti kala mereka menuju final Piala Dunia 2010, Belanda menempati status sebagai calon juara.
Tetapi prediksi adalah omong kosong yang tertunda. Berada dalam grup neraka (B) bersama Denmark, Portugal, dan rival abadi mereka, Jerman, Belanda mesti pulang dengan menerima tiga kekalahan dari tiga tim tersebut. Belanda pun pulang kampung. Pelatih Bert van Marwijk mengundurkan diri pasca turnamen.
Ashley dan Petaka Inggris
Inggris kembali bertemu kutukan mereka dalam babak adu penalti. Kali ini mereka menemuinya dalam babak perempatfinal melawan Italia.
Dan ketika penalti Ashley Young menerapa mistar gawang, lalu eksekusi Ashley Cole ditangkap Buffon, seluruh dunia tahu bahwa Inggris mesti punya psikiater khusus adu penalti.
Satu poin menarik dari babak adu penalti Inggris dan Italia tersebut: Ashley Young dan Ashley Cole bukanlah saudara kembar.
Sensasi Pirlo
Andrea Pirlo memperlakukan bola dalam babak adu penalti Italia versus Inggris seperti Ted Kaczynski yang tengah mempermainkan FBI dengan sebuah bom rakitan miliknya: tenang, dingin, dan eksplosif. Dan kiper Joe Hart paham betul rasanya seperti apa.
Ketika Pirlo memilih untuk mencungkil bola tepat kearah tengah dengan pelan dan anggun--yang mengingatkan kita kepada Antonin Panenka--, Hart justru loncat ke sisi kiri. Pelajaran moral untuk Hart: jangan mengumbar senyum terlalu lebar saat adu penalti.
Fenomena Tiki Taka
Jelang bertemu Spanyol di babak final Piala Eropa 2012, beberapa media di Italia kompak mengatakan bahwa Spanyol adalah tim yang membosankan. Mereka berpendapat bahwa dominasi Spanyol dalam tiap pertandingan justru mematikan esensi sepakbola itu sendiri.
Spanyol lantas mendekonstruksi semua pendapat tersebut. Di balik gaya Tiki-Taka yang mereka mainkan, terselip sebuah formula jitu yang membuat mereka menjadi tim terbaik yang pernah ada sepanjang sejarah sepakbola: bermain dengan "false 9" alias tanpa striker murni.
Hasilnya? Italia mereka pecundangi 4-0 di final. Tetapi ada benarnya juga pendapat yang mengatakan Spanyol membosankan. Tiap mereka bertanding, (kemenangan) mereka selalu mudah ditebak.
Super Mario Balotelli
Dalam Piala Eropa 2012 Mario Balotelli memberi kita tiga pelajaran penting. Pertama, jangan biarkan orang berbuat rasis kepadamu. Kedua, bungkam semua para tukang kritik permainanmu di sebuah turnamen dengan mencetak dua gol ke gawang salah satu tim terfavorit. Ketiga, jangan pernah sekalipun melupakan orangtua ketika kamu telah berhasil meraih sesuatu yang berharga.
Ya, meski Italia gagal menjadi juara dan Balo menangis sesenggukan di lapangan usai pertandingan final melawan Spanyol, Silvia Balotelli, ibu angkatnya, memberikan Balo "piala" lain yang jauh lebih sakral daripada trofi Henri Delaunay itu: rasa bangga.
Suporter Irlandia yang Membanggakan
Bagaimana suporter Irlandia terus bernyanyi "Fields of Athenry" tanpa henti untuk tim nasionalnya yang tengah dipermak Spanyol 4-0 dalam laga kedua grup C Piala Eropa 2012, membuat sepakbola seperti bukan cuma soal adu mentereng data statistik, melainkan sebuah sikap lapang dada yang luwes dan ajeg, bahwa meski kalah dengan telak sekalipun, mereka telah melawan sekuat-kuatnya, dengan cara yang sehormat-hormatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar